Sabtu, 21 November 2009

DIKSI

 
DIKSI
          Diksi dpt diartikan sbg pilihan kata pengarang u/ m’gambarkan cerita mereka.
          Diksi bukan hanya berarti pilih-memilih kata.
          Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan gagasan/ m’ceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dsb.
          Gaya bahasa sbg bagian dr diksi yg bertalian dg ungkapan2 individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yg tinggi.
          Pilihan kata bukanlah masalah sederhana krn menyangkut persoalan yg bersifat dinamis, inovatif, & kreatif sejalan dg perkembangan masy penunturnya.
          Penulis yang blm berpengalaman sangat sulit u/ m’ungkapkan ide / gagasan & biasanya sangat miskin variasi bahasa.  Akan tetapi, ada pula penulis yg sangat boros / tdk efektif m’gunakan perbendaharaan kata, shg tdk ada isi yg terdpt di balik kata-katanya.
          Kata2 atau istilah tdk hanya sekedar mengemban nilai2 indah (estetis), melainkan juga nilai2 filosofi dan pedagogis krn dpt digunakan penulis u/ menyimpan pesona makna yg terselubung / simbolis, shg u/ memahaminya diperlukan interpretasi & renungan2 yg dlm.
          Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi makna.
          Makna sebuah kata / sebuah kalimat mrpkan makna yg tdk sll berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas bbrp kelompok yaitu :
Makna Leksikal dan makna Gramatikal
Makna Referensial dan Nonreferensial
Makna Denotatif dan Konotatif
Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna Kata dan Makna Istilah
Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Makna Kias dan Lugas


          Relasi adlh hub makna yg menyangkut hal kesamaan makna (sinonim), kebalikan makna (antonim), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi), kelebihan makna (redundansi) dan sebagainya.
          Adapun relasi makna terbagi atas bbrp kelompok yaitu :
  1. Kesamaan Makna (Sinonim)
  2. Kebalikan Makna (Antonim)
  3. Kegandaan Makna (Polisemi dan Ambiguitas)
  4. Ketercakupan Makna (Hiponimi)
  5. Kelebihan Makna (Redundansi)

Agar usaha mendayagunakan teknik penceritaan yg menarik lewat pilihan kata maka diksi yg baik harus  …

          Tepat memilih kata u/ m’ungkapkan gagasan / hal yg ‘diamanatkan’
          Diperlukan kemampuan u/ m’bedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dg gagasan yg ingin disampaikan & kemampuan u/ menemukan bentuk yg sesuai dg situasi & nilai rasa pembacanya.
          Pilihan kata yg tepat & sesuai hanya mungkin kalau penulis/pengarang menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yg dimiliki masy bahasanya, serta mampu m’gerakkan & m’dayagunakan kekayaannya itu mjd jaring2 kalimat yg jelas & efektif

Contoh pengunaan diksi dlm cerita fiktif misalnya penggunaan metafora, anafora, litotes, simile, personafikasi dsb (lih. buku Diksi & Gaya Bahasa, karya Gorys Keraf yang diterbitkan pada tahun 1981: 18) 
          Anda Pernah dengar ”Kalimat Sejuta Umat” ?
          ”Kalimat Sejuta Umat” juga berarti suatu trademark yg dikeluarkan o/ suatu individu, yg pd akhirnya diikuti o/ individu atau kelompok lain.
          ”Kalimat Sejuta Umat” tidak sama dg kutipan / Quote, meski adakalanya sejenis. 
          ”Kalimat Sejuta Umat” ada krn wabah / tren yg terjadi shg dalam segelintir kasus, penyebarnya seringkali anonymous.
          Bahkan dpt dibilang bhw kata2 tsb beredar dlm kelas sosial ttt dg intensitas yg tinggi, bisa jadi krn tren semusim, yg besok2 mungkin sudah tersapu o/ waktu.
          Susunan kata2pun spt itu pun ada yg bertolak mjd sebuah mainstream.
          Kadang kala diperuntukkan bagi kaum2 yg baru mengenal suatu pola kata unik. Biasanya digunakan sebagai kal penutup / kal pembuka bagi sebuah perbincangan. Bisa juga menjadi sisipan, atau mjd kal satir pelengkap suatu artikel.
          ”Kalimat Sejuta Umat” juga sering diterapkan dlm bbrp iklan, tentunya dengan berbagai modifikasi. Semisalnya saja judul film dari “Mengejar Mas - Mas” yg pd akhirnya pernah digubah mjd kal sejenis “Mengejar Emas - Emas” yg pernah diluncurkan sebuah bank.
          Ya, bukan hanya Nokia 3315 saja yg pantas diberi gelar seperti itu, ttp Kyai/ustad, dsb.

Fakta yg ada di sekitar lingkungan kita adlh :

“Aku suka kamu !
Aku Cinta banget sama kamu !
Mau nggak kamu jadi pacar aku ?!
Soal aku jatuh hati banget sama kamu !”

          Adlh kal yg sering dilontarkan o/ remaja2 yg sedang mabuk kepayang. Biasanya diucapkan di berbagai reality show sejenis, atau malah hanya ketika seorang Adam “menembak jatuh” seorang Hawa.
          Ah, ada kalanya juga kombinasi kalimat ini disertai dg puisi atau 99 tangkai mawar.


“Aku mau bunuh diri aja !”
“Aku mau kabur dari rumah saja !”

          Kalau kalimat model ini sering diucapkan di sinetron2 tatkala seorang individu berusaha u/ memaksakan pendapatnya melalui cara yg tdk berperikemanusiaan.
          Alasannya mungkin krn dunia / Tuhan yg dianggap tidak adil, atau hanya krn perlakuan orang lain tdk sesuai kpd dirinya, atau krn memasang harga diri terlalu tinggi.
          Tapi akhir - akhir ini sering diterapkan oleh segelintir manusia di dunia nyata.
           
“Kami berada di jalan Allah ! Allahuakbar !“

          Merasa organisasi Anda berada dlm jalan yg paling nomor satu ? Gunakan ini.
          Kadang kala pas apabila formatnya sbb:

[Nama aliran] itu sungguh berada dalam jalan yang sesat !!!

 (juga dimasukkan, demi menambah bumbu kerusakan)

Hanya kami yang bisa begini

          Sebenarnya mirip spt penjual nama organisasi di atas, hanya saja yg dijualnya itu sebuah produk. ;)

“*Sesuai dengan Ketentuan yang berlaku.”
“*Rules may Apply”
“*Syarat dan Ketentuan Berlaku”

          Adlh kal sakit mandraguna yg akan dipakai o/ orang2 ketika mereka sedang menggembar - gemborkan produk mereka.

Hanya 1 Rupiah !!!!

diikuti tanda bintang mungkin adlh jurus yg diharapkan dpt membuat mangsa tertipu.

Parahnya lagi, Pemerintah pun ikut2an latah:

Merokok dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi, dan Gangguan Kehamilan dan Janin

          Ini adlh suatu kal yg tadinya diharapkan o/ pemerintah dpt menanggulangi keberadaan perokok. Akan tetapi karena nilai cukai yg ditawarkan produsen rokok mencapai  9 trilyun,
          Kata - kata ini terkesan kurang optimal



Jumat, 20 November 2009

RAGAM BAHASA

A. Ragam bahasa berdasarkan media/sarana
  1. Ragam bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
  1. Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Contoh
Ragam bahasa lisan Ragam bahasa tulis
1. Putri bilang kita harus pulang 1. Putri mengatakan bahwa kita harus pulang
2. Ayah lagi baca koran 2. Ayah sedang membaca koran
3. Saya tinggal di Bogor 3. Saya bertempat tinggal di Bogor

B. Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
  1. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek). Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memilikiciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak padapelafalan/b/pada posisiawal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
  2. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
contoh:
1) Ira mau nulis surat à Ira mau menulis surat
2) Saya akan ceritakan tentang Kancil à Saya akan menceritakan tentang Kancil.
  1. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur. Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Bahasa baku merupakan ragam bahasa yang dipakai dalam situasi resmi/formal, baik lisan maupun tulisan.
Bahasa baku dipakai dalam :
a. pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas memberikan kuliah/pelajaran;
b. pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan guru/dosen, dengan pejabat;
c. komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-undang;
d. wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.
Segi kebahasaan yang telah diupayakan pembakuannya meliputi
a. tata bahasa yang mencakup bentuk dan susunan kata atau kalimat, pedomannya adalah buku Tata Bahasa Baku Indonesia;
b. kosa kata berpedoman pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI);
c. istilah kata berpedoman pada Pedoman Pembentukan Istilah;
d. ejaan berpedoman pada Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD);
e. lafal baku kriterianya adalah tidak menampakan kedaerahan.
C. Ragam bahasa menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian
Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.
Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah kata/peristilahan/ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama; koroner, hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran; improvisasi, maestro, kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni; pengacara, duplik, terdakwa, digunakan dalam lingkungan hukum; pemanasan, peregangan, wasit digunakan dalam lingkungan olah raga. Kalimat yang digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan. Kalimat dalam undang-undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra, kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran/majalah, dll. Contoh kalimat yang digunakan dalam undang-undang.

PUISI

SAHABAT

sahabatku………
seberat apapun masalahmu
sekelam apapun beban hidupmu
jangan pernah berlari darinya
ataupun bersembunyi
agar kau tak akan bertemu dengannya
atau agar kau bisa menghindar darinya
karena sahabat
….
KAU YANG SELALU MEMBUATKU TERSENYUM

TATA EJAAN BAHASA INDONESIA


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT semesta alam, yang telah memberikan kita kesehatan sehingga kita dapat melaksanakan aktifitas-aktifitas dengan segala manfaat yang ada, yang telah memberikan kita kecerdasan dalam berfikir, sehingga dengan kecerdasan itu kita dapat memberikan karya-karya terbaik kita untuk agama, bangsa dan tanah air. Shalawat serta salam tak lupa juga kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhamad SAW beserta keluarganya, sahabat, dan orang-orang yang selalu istiqomah.
Dengan selesainya makalah yang penulis buat, saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing R. A. Ambar Sari P. S. Pd. yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini dan kepada seluruh orang-orang yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini hingga makalah ini dapat dibaca seluruh kalangan masyarakat. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.






















1
DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………………1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………......1
1.2 Tujuan……………………………………………………………………1
1.3 Manfaat..…………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
A. Penulisan kata serapan………………………………………………….4
A.1. Kaidah Penyesuaian Ejaan Kata Serapan………………………..5-8
A.2. Kaidah Penyesuaian Akhrian Asing………………………………8-9
B. Pengguanaan Tanda Baca……………………………………………...10
B.1. Tanda Titik……………………………………………………….. 9-11
B.2. Tanda Koma……………………………………………………….11-14
B.3.Tanda Hubung ……………………………………………………..14-15
B.4. Tanda Titik Dua.....…………………………………………………...15
B.5. Tanda Titik Koma.....…………………………………………………15
B.6. Tanda Pisah……….....………………………………………………..16
B.7. Tanda Seru………….....………………………………………………16
B.8. Tanda Petik………….....……………………………………………...16
             B.9. Tanda Petik Tunggal…...........………………...…………….............16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………17
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sering kali kita mendengar orang-orang Indonesia yang menggunakan bahasa yang tidak baku dalam kegiatan-kegiatan resmi atau menggunakan kata serapan yang salah, bahkan dalam penulisanpun masih terjadi kesalahan penggunaan tanda baca, sehingga mengakibatkan kesalahan makna, padahal Pemerintah Indonesia telah membuat aturan-aturan resmi tentang tata bahasa baik itu kata serapan maupun penggunaan tanda baca. Pelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya sudah diajarkan sejak dari Sekolah Dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi. Tapi kesalahan ini masih sering terjadi, bahkan berulang-ulang kali. Ketidak fahaman terhadap tata bahasa Indonesialah yang mengakibatkan orang-orang sering melanggar aturan resmi yang telah dibuat pemerintah tentang tata bahasa Indonesia. Yang mengkhawatirkan ialah ketika aturan ini terlalu sering diacuhkan oleh masyarakat Indonesia, karena salah satu dampak negatifnya ialah hal ini akan dianggap lazim oleh masyarakat Indonesia terlebih lagi oleh anak-cucu yang akan menjadi penerus negeri ini, karena akan mempersulit masyarakat dalam berkomunikasi.
Maka dari itu dalam makalah ini, penulis akan memaparkan bagaimana tata bahasa yang benar tentang kata serapan dan tanda-tanda baca, sehingga kita memahami dan dapat menerapkan aturan berbahasa yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari terlebih dalam acara-acara resmi. Karena Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah membuat keputusan Nomor 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987, dicermatkan pada Rapat Kerja ke-30 Panitia Kerja Sama Kebahasaan di Tugu, tanggal 16-20 Desember 1990 dan diterima pada Sidang Ke-30 Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia di Bandar Seri Begawan, tanggal 4-6 Maret 1991, tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indoensia yang Disempurnakan. Berarti adanya keseriusan dari pihak Pemerintah tentang Ejaan dan Tata Bahasa Indonesia dan harus kita terapkan.


2

B. PERMASALAHAN
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah tentang enulisan kata serapan dan penggunaan tanda baca ini ialah:
a. Apa yang dimaksud dengan kata serapan dan tanda baca.
b. Apasaja kegunaan dari kata serapan dan tanda-tanda baca.
c. Apasaja jenis-jenis dari kata serapan dan tanda baca.
d. Apasaja contoh-contoh penggunaan dari kata serapan dan tanda baca.
C. TUJUAN
Makalah ini disusun agar kita semua lebih memahami tentang tata bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar dalam setiap komunikasi, kita akan dipermudah dengan adanya satu bahasa yang baku dan dapat dimengerti oleh setiap golongan masyarakat Indonesia serta mempermudah dalam mencari referensi, karena segala hal tentang kata serapan dan penggunaan tanda baca telah terangkum dalam satu makalah ini.
Dan ini juga akan dipersentasikan dikelas dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. Serta penyusun mengharapkan dengan makalah ini dapat menyadarkan kepada seluruh masyarakat Indonesia tentang bagaimana pentingnya penggunaan tata bahasa yang benar, sehingga selanjutnya Pemerintah Indonesia dapat menerapkan keputusan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987, tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indoensia yang Disempurnakan.












3



BAB II
PEMBAHASAN
A. Penulisan Kata Serapan
Kata serapan adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah, lalu digunakan dalam bahasa Indonesia. Dilihat dari tarap penyerapannya ada tiga macam kata serapan. Yaitu:
1. Kata-kata yang sudah sepenuhnya diserap ke dalam Indonesia . kata-kata ini sudah lazim dieja secara Indonesia, sehingga sudah tidak dirasakan lagi kehadirannya sebagai kata serapan. Misalnya kata-kata kabar, sirsak, iklan, perlu, hadir, badan, waktu, kamar, botol, dan ember.
2. Kata-kata yang masih asing, tetapi digunakan dalam konteks bahasa Indonesia. Ejaan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Misalnya shuttle cock, knock out, time out, check in, door to door.
Dalam kelompok ini termasuk kata-kata yang dipertahankan keasingannya karena sifat keinternasionalannya, seperti istilah-istilah musik andante, moderate, adagio, dan sebagainya.
3. Kata-kata asing yang untuk kepentingan peristilahan, ucapan dan ejaannya disesuaikan dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Dan hal ini perubahan ejaan itu dibuat seperlunya saja sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk bahasa aslinya. Misalnya aki (accu), komisi (comission), psikologi (psychology), dan fase (phase).



4

A.1. Kaidah Penyesuaian Ejaan Kata Serapan
Penyesuaian ejaan unsure serapan dilakukan dengan kaidah sebagai berikut:
1. Aa menjadi a
Paal pal
Octaaf oktaf
2. ae tetap ae, jika tidak bervariasi dengan e
aerobe aerob
aerodynamics aerodinamika
3. ae menjadi e jika bervariasi dengan e
haemoglobin hemoglobin
haematite hematif
4. ai tetap ai
trailer trailer
caisson kaison
5. au tetap au
audiogram audiogram
hydraulic hidralik
6. c di muka a, u, o dan konsonan menjadi k
cubic kubik
crystal kristal
7. c di muka e, i, dan y menjadi s
central sentral
cent sen

5
8. cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k
Accommodation akomodasi
acclamation aklamasi
9. cc di muka e dan i menjadi ks
Accent aksen
Vaccine vaksin
10. ch dan cch di muka, a, o, dan konsonan menjadi k
Saccharin sakarin
11. ch yang lafalnya s atau sy, menjadi s
echelon eselon
machine mesin
12. ch, yang lafalnya c menjadi c
china cina
check cek
13. c (Sansekerta) menjadi s
Cabda sabda
Castra sastra

14. e dan ee menjadi e
System system
Apotheek apotek
15. ea tetap ea
idealist idealis
16. ei tetap ei
eicisane eikosan
einsteinium einsteinium
6
17. eo tetap eo
Stereo stereo
geometry geometri
18. eu tetap eu
Neutron neutron
eugenol eugenol
19. f tetap f
Factor faktor
Fossil fosil
20. gh menjadi g
sorghum sorgum
21. pada awal suku kata di muka vocal, tetap i
Ion ion

22. ie jika lafalnya i menjadi i
politiek politik
riem rim
23. ie tetap ie jika lafalnya bukan i
Patient pasien
carrier karier
24. kh (Arab) tetap kh
Akhir akhir
Tarikh tarikh
25. ng tetap ng
Congress kongres
Contingent kontingen
7
26. oo (Belanda) menjadi o
komfoor komfor
provoost provos
27. oo (Inggris) menjadi u
Cartoon kartun
proof pruf
28. oo (vokal ganda) tetap oo
coordination koordinasi
zoology zoology
A.2. Kaidah Penyesuaian Akhiran Asing
Akhiran-akhiran dari bahasa asing diserap sebagai bagian kata yang utuh. Jadi,. Kata seperti standardisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh di samping diserap juga kata standar, implement, dan objek.
Kaidah Penyesuaian akhiran asing adalah sebagi berikut:
1) -aat menjadi –at
Advokaat advokat
2) -age menjadi –ase
Percentage persentase
3) -air, -ary menjadi –er
Primair, primary primer
4) -ant menjadi –an
Informant informan

8
5) -archie, archy menjadi –arki
Monarchie monarki
6) -(a)tie, (a)tion, menjadi –asi, -si
Publicatie, publication publikasi
7) -eel, -aal, -el menjadi –al
Structureel, structural
8) -ein tetap –ein
Protein protein
9) -eur, or menjadi –ur
Directeur direktur
10) -or tetap –or
Dictator dictator

Aturan Penggunaan Tanda Baca itu adalah:
B1. Tanda Titik
a. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya:
1) W.S. Rendra
2) Abdul Hadi W.M.


9
b. Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
1) Dr. (doctor)
2) Kol. (colonel)
3) Ny. (nyonya)

c. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah umum, yang ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
1) s.d. (sampai dengan)
2) a.n. (atas nama)
d. Tanda titik digunakan pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan ribuan, jutaan, dan seterusnya.
Misalnya:
1) Tebal buku itu 1.150 halaman.
2) Dono membeli minyak sebanyak 1.000 liter

e. Tanda titik tidak digunakan pada singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku kata dan pada singkatan yang dieja seperti kata (akronim).
Misalnya:
1) DPR
2) ABRI
10
f. Tanda titik tidak digunakan di belakang singkatan lambing kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
Misalnya:
1) Lambang Cu adalah lambing kuprum
2) Dia mambeli 10 kg emas
g. Tanda titik tidak digunakan di belakang judul yang merupakan kepala karangan, kepala ilustarasi tabel, dan sebagainy.
Misalnya:
1) Azab dan Sengsara
2) Wanita Indonesia di Pentas Sejarah
h. Tanda titik tidak digunakan di belakang alamt pengirim dan tanggal surat serta di belakang nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
1) Jalan Harapan III/AB 19
2) Jakarta, 10 Agustus 1998
B.2. Tanda koma
Tanda koma digunakan:
a. di antara unsur-unsur dalam suatu pembilangan.
Contoh:
1) Adik membawa piring, gelas, dan teko.
2) Satu, dua, tiga,…empat!
11
b. Untuk memisahkan bagian-bagian kalimat majemuk setara yang dihubungkan dengan kata penghubung yang menyatakan pertentangan seperti tetapi dan sedangkan.
Contoh:
1) Saya ingin pergi, tetapi tidak punya uang.

c. Untuk memisahkan anak kalimat dan induk kalimat apabila anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
1) Kalau dia datang, saya akan datang
2) Karena sibuk, dia lupa akan janjinya.
d. Di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, yang terdapat pada awal kalimat, seperti jadi, lagipula, oleh karena itu, akan tetapi, meskipun begitu.
Contoh:
1) Jadi, soalnya tidaklah semudah itu.
2) Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
e. Di balakang kata-kata seru, sperti O, ya, wah, aduh, yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
1)Wah, bukan main.
2)Aduh, mengapa jadi begitu?


12

f. Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh:
1) Kata ibu, “saya senang sekali”
2) “saya akan pergi sekarang juga,” kata adik kepada ibu.
g. Di muka angka persepuluh, dan di antara rupiah dengan sen.
Contoh:
1) 12,25 cm
2) Rp 125,50
h. Di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya, untuk membedakannya dari singkatan nama keluarga atau marga.
Contoh:
1) Moh. Bakri, S.H.
2) Ny. Suhartina, S.P.

i. Untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.
Contoh:
1) Guru saya, Pak Ahmad, rajin sekali.
2) Di daerah kami, umpamanya, masih sering terjadi pencurian.



13
j. Di antara: (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, dan (d) nama dan tempat wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
- Sdr. Munadi, Jalan Pemuda 26, Jakarta Timur
- Dekan Fakulatas Kedokteran, Universitas Indonesia
Jalan Raya Salemba4, Jakarta
- Jakarta, 9 Agustus 1999
- Kuala Lumpur, Malaysia
k. Untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunanya dalam Daftar Pustaka.
Contoh:
- Siregar, Merari, Azab dan Sengsara. Jakarta, Balai Pustaka,1954
l. Di antara nama tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahu penerbitan, dalam suatu Daftar Pustaka.
Contoh:
- Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka, 1976.
B.3. Tanda Hubung
Tanda hubung digunakan:
a. untuk menyambung bagian-bagian bentuk ulang dan kata ulang.
Contoh:
Sia-sia
Baik-baik
14
b. tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf capital, (b) ke dengan angka, (c) angka dengan-an, dan (d) singkatan huruf capital dengan imbuhan kata.
Contoh:
1) Besok akan diadakan lomba menari se-Jawa Tengah.
2) Ke-15 orang itu berasal dari Indonesia
3) Paman mempunyai sepeda tahun 70-an
4) Warga Palembang yang sudah dewasa diwajibkan ber-KTP Palembang.
5) Pemberontakan itu dikenal dengan G-30-S PKI.
B.4. Tanda Titik Dua
c. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh:
- Fakultas syariah mempunyai tiga jurusan: Perbankan, Muamalah, dan Ekonomi Islam.
B.5. Tanda Titik Koma
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:
- Para pemikir mengatur startegi dan langkah yang harus ditempuh;para pelaksana mengerjakan tugas sebaik-baiknya;para penyandang dana menyediakan biaya yang diperlukan.

15

B.6. Tanda Pisah
Digunakan untuk membatasi penyisipan kata atau ungkapan yang memberi penjelasan khusus terhadap kalimat yang disisipinya.
Contoh:
- Kemerdekaan bangsa itu-saya yakin akan tercapai diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
- Bus Kramatjati jurusan Banjar-Jakarta.
B.7. Tanda seru
Digunakan sesudah kalimat, ungkapan, atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah.
Contoh:
- Alangkah besarnya mobil itu!
- Berangkatlah sekarang juga!
- Merdeka!
B.8. Tanda Petik
Digunakan untuk mengapit petikan langsung, judul syair, karangan, istilah yang mempunyai arti khusus.
Contoh:
- Ia memakai celana “cubrai”
- Sajak “Aku” karangan Chairil Anwar
B.9. Tanda Petik Tunggal
Digunakan untuk mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh:
- Lailatul Qadar ‘malam seribu bulan’
16





BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Begitu banyak kesalahan yang seringkali kita lakukan tentang penggunaan kata serapan dan tanda baca baik disengaja maupun tidak disengaja. Maka dengan dibuatnya makalah ini pennyusun berharap kita dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang kita lakukan.
Bangsa Indonesia memang banyak sekali mengambil kata-kata asing ataupun kata daerah Salah satu bentuk perkembangan bahasa Indonesia adalah berupa penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa-bahasa asing pemberi pengaruh. Begitu juga dengan penggunaan tanda-tanda baca. Karena dengan salahnya penggunaan tanda baca, maka akan menimbulkan makna ganda dalam kalimat tersebut.

















17